Penulis: M. Abdul Halim Sani (Alumni IMM Komsat Ushuluddin UIN Su-Ka, mantan Sekbid Kader DPP IMM periode 2008-2010)
Penerbit: Samudra Biru
Tebal: xxx + 235 halaman
Cetakan pertama: Maret 2011
Buku ini merupakan jawaban atas paradigma ikatan (baca: organisasi gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah,- ed) yang selama ini berbeda di masing-masing pimpinan, dari pimpinan tingkat pusat hingga pimpinan komisariat. Buku ini melengkapi literatur ikatan yang jarang ditemukan, sekaligus dapat menjadi bahan bacaan bagi yang mengkaji paradigma profetik dan gerakan kemahasiswaan.
Buku ini mengkaji nilai-nilai yang ada dalam diri ikatan, serta bagaimana menghadirkan nilai tersebut sebagai jati diri yang membedakan ikatan dengan gerakan mahasiswa yang lain. Nilai tersebut menjadi alat pandang dan cara menyelesaikan proses dehumanisasi saat ini, dengan membawanya pada cita-cita ideal yang diingin-kan.
Beroganisasi merupakan suatu pilihan untuk mengem-bangkan diri menuju kedewasaan, hal tersebut dikarenakan dalam beroganisasi mendapatkan segala hal yang diinginkan, seperti pengalaman hidup dan pendamping hidup. Sebagai orang yang bergelut dalam organisasi pergerakan mahasiswa lebih dari delapan tahun, telah memiliki pengalaman tertentu dengan organisasi yang ditekuninya. Pengalaman tersebut menjadi bekal melahirkan tulisan Manifesto Gerakan Intelektual Profetik (GIP). Manifesto GIP merupakan tulisan yang mengupas tentang paradigma Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam merespon realitas makro, mezo dan mikro. Respon tersebut merupakan jawaban ikatan atas proses dehumanisasi yang terjadi sampai saat ini. Kerja nyata yang dilakukan oleh ikatan merupakan kerja kemanusiaan dalam bingkai nilai transenden dalam rangka beribadah kepada Allah (taqarub ilallah).
Buku ini, terdiri dari sebelas bagian, di mana bagian satu dengan yang lain mencapai satu kesatuan pemahaman yang utuh. Bagian pertama, membahas tentang manusia sebagai personal manusia ideal yang digambarkan oleh ikatan. Bagian kedua, mengupas tentang simbol ikatan sebagai paradigma atau nilai-nilai serta tujuan ikatan dalam melakukan perubahan. Bagian ketiga, membahas tentang profil kader secara personal dalam sebuah organisasi. Bagian keempat, mengupas tentang realitas sekarang atau kondisi saat ini yang mengambarkan dehumanisasi. Dengan penggambaran tersebut, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan oleh ikatan. Bagian kelima, membahas tentang Muhammadiyah yang selayaknya mengkaji kembali pemikiran Kiai Ahmad Dahlan untuk menjawab realitas yang mengalami dehumanisasi. Bagian keenam, menganalisis kesadaran dalam melakukan transformasi sosial dengan nilai-nilai yang diidealkan. Bagian ketujuh, mengupas tentang indikator serta metodologi dalam melakukan transformasi profetik. Bagian kedelapan, mengulas tentang etos profetis dalam mewujudkan cita-cita profetis. Bagian kesembilan, membahas tentang teori sosial yang digunakan dalam melakukan transformasi profetis. Bagian kesepuluh, menganalisis filsafat gerakan yang dilakukan intelektual profetik dalam melakukan transformasi. Dan bagian kesebelas, membahas transformasi profetik yang dilakukan oleh ikatan guna mewujudkan masyarakat yang diidealkan.
Beroganisasi merupakan suatu pilihan untuk mengem-bangkan diri menuju kedewasaan, hal tersebut dikarenakan dalam beroganisasi mendapatkan segala hal yang diinginkan, seperti pengalaman hidup dan pendamping hidup. Sebagai orang yang bergelut dalam organisasi pergerakan mahasiswa lebih dari delapan tahun, telah memiliki pengalaman tertentu dengan organisasi yang ditekuninya. Pengalaman tersebut menjadi bekal melahirkan tulisan Manifesto Gerakan Intelektual Profetik (GIP). Manifesto GIP merupakan tulisan yang mengupas tentang paradigma Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam merespon realitas makro, mezo dan mikro. Respon tersebut merupakan jawaban ikatan atas proses dehumanisasi yang terjadi sampai saat ini. Kerja nyata yang dilakukan oleh ikatan merupakan kerja kemanusiaan dalam bingkai nilai transenden dalam rangka beribadah kepada Allah (taqarub ilallah).
Buku ini, terdiri dari sebelas bagian, di mana bagian satu dengan yang lain mencapai satu kesatuan pemahaman yang utuh. Bagian pertama, membahas tentang manusia sebagai personal manusia ideal yang digambarkan oleh ikatan. Bagian kedua, mengupas tentang simbol ikatan sebagai paradigma atau nilai-nilai serta tujuan ikatan dalam melakukan perubahan. Bagian ketiga, membahas tentang profil kader secara personal dalam sebuah organisasi. Bagian keempat, mengupas tentang realitas sekarang atau kondisi saat ini yang mengambarkan dehumanisasi. Dengan penggambaran tersebut, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan oleh ikatan. Bagian kelima, membahas tentang Muhammadiyah yang selayaknya mengkaji kembali pemikiran Kiai Ahmad Dahlan untuk menjawab realitas yang mengalami dehumanisasi. Bagian keenam, menganalisis kesadaran dalam melakukan transformasi sosial dengan nilai-nilai yang diidealkan. Bagian ketujuh, mengupas tentang indikator serta metodologi dalam melakukan transformasi profetik. Bagian kedelapan, mengulas tentang etos profetis dalam mewujudkan cita-cita profetis. Bagian kesembilan, membahas tentang teori sosial yang digunakan dalam melakukan transformasi profetis. Bagian kesepuluh, menganalisis filsafat gerakan yang dilakukan intelektual profetik dalam melakukan transformasi. Dan bagian kesebelas, membahas transformasi profetik yang dilakukan oleh ikatan guna mewujudkan masyarakat yang diidealkan.
saya mau tanya, beli buku tersebut dmna ya di jogja? makasih
BalasHapusKak pesen buku ini bisa ndak ya mau beli
BalasHapus