Dialog ini dilaksanakan oleh gerakan perempuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Sleman yang biasa disebut Immawati. Acara ini dilaksanakan sebagai bentuk pemaknaan kita terhadap hari Kartini. Dihadiri oleh 25 peserta laki-laki dan perempuan yang dilaksanakan pada tanggal 21 April 2011 di gedung PCM Depok Sleman pukul 16.00-17.45 WIB. Narasumber yang kami hadirkan diantaranya adalah Immawan Hendro Sucipto, S. Th. I ( Ketua DPD IMM DIY periode 2010-2012 ) dan Immawati Atiq Aqiqotul Hasanah, S. S ( Ketua NWI periode 2006-2007 ).
Dialog yang sangat menarik membincangkan Kartini dan teman-temannya pada waktu memperjuangkan kaum perempuan. Narasumber pertama yakni immawan Hendro mengatakan bahwasannya kita harus bisa membedakan antara sex dan gender. “ Sex adalah kodrat laki-laki dan perempuan yang diberikan oleh Allah SWT. Sedangkan gender adalah sebuah anggapan budaya dan sosial yang selama ini berkembang, yang kita harus bisa menghilangkan anggapan itu “. “ Perjuangan Kartini bisa dikenang banyak orang karena idenya yang cemerlang. Ia bukan seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, ia hanya lulus SD tetapi berani memunculkan ide baru diusianya yang begitu belia. Kemudian bagaimana dengan kita yang usianya rata-rata sudah diatas 20 tahun ? karya apa yang sudah kita torehkan ?“ tambah immawan Hendro. Pesan Immawan Hendro,” gerakan perempuan jangan hanya sekedar wacana,tetapi realisasikan apa yang menjadi wacana”.
Perlu kita ketahui bersama bahwa perjuangan Kartini untuk pembebasan perempuan dari kebodohan harus kita lanjutkan terus sampai kapanpun dan dimanapun. Namun yang paling penting bagi perempuan adalah action pembuktian bahwa perempuan juga memiliki kapasitas kiprah dan keilmuan yang tak kalah dengan laki-laki. Sehingga jangan sampai diskusi-diskusi mahasiswa tentang emansipasi wanita maupun gender ini hanya sekedar menjadi wacana belaka dan tuntutan yang tiada pembuktian dari kaum perempuan sendiri.
Tak kalah serunya saat narasumber kedua yakni immawati Atiq menyampaikan materinya. “ Kartini bergerak dengan ide, ia memang bukan perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi tetapi ia adalah seorang yang cerdas sehingga ia dinikahkan dengan bupati Jepara oleh orang tuanya. Ia terus berkorespondensi dengan teman-temannya di Belanda dan di negara Eropa “ jelas immawati Atiq.
Memang bukan saatnya lagi kita menyamakan antara kodrat dengan gender. Akan tetapi kadang kaum perempuanpun saat ini tidak merasa dalam ketidakadilan gender. “ Perempuan harus ada disetiap lini kehidupan dengan ide cemerlangnya. Perempuan tidak hanya menjadi pelengkap laki-laki dalam hidup, tetapi perempuan menjadi patner laki-laki dalam hidup “ tambah immawati Atiq. Pesan dari immawati Atiq adalah “ Perempuan harus tercerdaskan dan mencerdaskan. Karena dari seorang perempuan yang cerdas akan melahirkan generasi yang cerdas pula “. Ia juga menambahkan bahwa “ Dunia akan hancur saat kaum perempuan tidak ada dengan ide-ide cemerlangnya “.
Oleh karena itu, bukan saatnya lagi kaum perempuan diperlakukan berbeda dalam wilayah gender. Perempuanpun harus sadar pula bahwa keikutsertaannya dalam membangun bangsa adalah sebuah keharusan dan kaum perempuan harus sadar bahwa ia memiliki potensi dan kapasitas yang sangat luar biasa. Bagi kaum perempuan, jangan pernah bermimpi menjadi perempuan yang lemah. Jadilah perempuan mandiri, bersama-sama dengan kaum laki-laki untuk membangun bangsa. Bersama-sama dengan kaum laki-laki melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter. Karena dengan kerjasama yang bagus antara kaum laki-laki dan kaum perempuan akan memunculkan kekuatan yang luar biasa.
Dialog yang sangat menarik membincangkan Kartini dan teman-temannya pada waktu memperjuangkan kaum perempuan. Narasumber pertama yakni immawan Hendro mengatakan bahwasannya kita harus bisa membedakan antara sex dan gender. “ Sex adalah kodrat laki-laki dan perempuan yang diberikan oleh Allah SWT. Sedangkan gender adalah sebuah anggapan budaya dan sosial yang selama ini berkembang, yang kita harus bisa menghilangkan anggapan itu “. “ Perjuangan Kartini bisa dikenang banyak orang karena idenya yang cemerlang. Ia bukan seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, ia hanya lulus SD tetapi berani memunculkan ide baru diusianya yang begitu belia. Kemudian bagaimana dengan kita yang usianya rata-rata sudah diatas 20 tahun ? karya apa yang sudah kita torehkan ?“ tambah immawan Hendro. Pesan Immawan Hendro,” gerakan perempuan jangan hanya sekedar wacana,tetapi realisasikan apa yang menjadi wacana”.
Perlu kita ketahui bersama bahwa perjuangan Kartini untuk pembebasan perempuan dari kebodohan harus kita lanjutkan terus sampai kapanpun dan dimanapun. Namun yang paling penting bagi perempuan adalah action pembuktian bahwa perempuan juga memiliki kapasitas kiprah dan keilmuan yang tak kalah dengan laki-laki. Sehingga jangan sampai diskusi-diskusi mahasiswa tentang emansipasi wanita maupun gender ini hanya sekedar menjadi wacana belaka dan tuntutan yang tiada pembuktian dari kaum perempuan sendiri.
Tak kalah serunya saat narasumber kedua yakni immawati Atiq menyampaikan materinya. “ Kartini bergerak dengan ide, ia memang bukan perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi tetapi ia adalah seorang yang cerdas sehingga ia dinikahkan dengan bupati Jepara oleh orang tuanya. Ia terus berkorespondensi dengan teman-temannya di Belanda dan di negara Eropa “ jelas immawati Atiq.
Memang bukan saatnya lagi kita menyamakan antara kodrat dengan gender. Akan tetapi kadang kaum perempuanpun saat ini tidak merasa dalam ketidakadilan gender. “ Perempuan harus ada disetiap lini kehidupan dengan ide cemerlangnya. Perempuan tidak hanya menjadi pelengkap laki-laki dalam hidup, tetapi perempuan menjadi patner laki-laki dalam hidup “ tambah immawati Atiq. Pesan dari immawati Atiq adalah “ Perempuan harus tercerdaskan dan mencerdaskan. Karena dari seorang perempuan yang cerdas akan melahirkan generasi yang cerdas pula “. Ia juga menambahkan bahwa “ Dunia akan hancur saat kaum perempuan tidak ada dengan ide-ide cemerlangnya “.
Oleh karena itu, bukan saatnya lagi kaum perempuan diperlakukan berbeda dalam wilayah gender. Perempuanpun harus sadar pula bahwa keikutsertaannya dalam membangun bangsa adalah sebuah keharusan dan kaum perempuan harus sadar bahwa ia memiliki potensi dan kapasitas yang sangat luar biasa. Bagi kaum perempuan, jangan pernah bermimpi menjadi perempuan yang lemah. Jadilah perempuan mandiri, bersama-sama dengan kaum laki-laki untuk membangun bangsa. Bersama-sama dengan kaum laki-laki melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter. Karena dengan kerjasama yang bagus antara kaum laki-laki dan kaum perempuan akan memunculkan kekuatan yang luar biasa.
*) Diadakan oleh Bidang Immawati PC IMM Sleman
Ditulis oleh Nurul Qamariyah, Ketua Bidang Immawati PC IMM Sleman periode 2010-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Beri komentar sebagai Name/URL..terima kasih