Sebagai seorang mahasiswa, tak salah jika mementingkan
kuliah lalu memperoleh kerja yang layak untuk kehidupan mendatang. Sebab
keadaanlah yang memaksa demikian. Globalisasi dan modernisasi memaksa kita mau
tak mau harus berkompetisi dan bersaing untuk tetap bertahan dan langgeng dalam
menjalani kehidupan. Namun tak benar pula jika kita sebagai mahasiswa kemudian
pragmatis-apatis, dalam hal ini adalah masa bodoh dan cuek bebek terhadap apa
yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Apalagi kita sebagai mahasiswa pergerakan, yang harus ikut serta dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Sebab hal itu sama saja kita membelot
dari kewajiban seorang agent of change, dan
memilih menjadi robot. Robot yang individualis, robot yang tak mengerti arti
kemanusiaan, robot yang hanya sanggup bekerja dan bekerja tanpa peka terhadap
kesenjangan yang ada. Kita bukanlah mahasiswa seperti itu. Kita manusia yang memiliki nurani.
Pembelotan tersebut dapat kita atasi atau paling tidak
minimalisir dengan penajaman nurani. Menajamkan nurani bisa diawali dengan membaca
realitas yang terjadi di masyarakat, jika telah demikian bukan lalu kita
meninggalkannya tanpa ada solusi. Bergabung bersama organisasi kemasyarakatan
adalah salah satu jalan menajamkan nurani. Bakti sosial, pemberdayaan ekonomi
masyarakat menengah kebawah atau sosialisasi Usaha Kecil Menengah (UKM),
penyuluhan kesehatan gratis adalah berbagai batu asah yang dapat kita pilih
guna menajamkan nurani. Bukan hanya hal itu, menerjunkan diri untuk menjadi
bagian dari perubahan ke arah yang lebih baik di masyarakat adalah suatu yang
sangat penting.
Mahasiswa beruntung mendapatkan kesempatan lebih dalam
berbagai aspek antara lain proses pendidikan, pergaulan, kepemimpinan dan
keorganisasian, sehingga tak heran jika mahasiswa diposisikan sebagai agent of change. Untuk meniadakan
pembelotan kewajiban dan membunuh ke-pragmatis/ke-apatisan mahasiswa adalah
menajamkan nurani. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki
kepedulian terhadap sesamanya, begitupun mahasiswa. Oleh sebab itu, menajamkan
nurani harus dilakukan, sebelum nurani kita benar-benar mati terbunuh keadaan. Karena
tanpa nurani, mahasiswa ibarat robot yang ditempa (kuliah) lalu dipekerjakan. Menolak untuk hanya sekedar menjadi robot, yakni menajamkan nurani.
Bidang Media, PC IMM
Sleman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Beri komentar sebagai Name/URL..terima kasih